Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, mendorong agar pemerintah daerah segera mengalokasikan anggaran khusus bagi penyusunan dan distribusi buku muatan lokal (mulok) di Kota Tasikmalaya. Menurutnya, buku muatan lokal bukan sekadar materi pelengkap kurikulum, tapi juga media penting dalam melestarikan nilai kearifan lokal.
Dalam seminar diseminasi tentang standar mutu buku muatan lokal yang berlangsung pada Minggu (19/10), Ferdiansyah menegaskan bahwa muatan lokal harus benar-benar mencerminkan budaya, sejarah dan identitas masyarakat Tasikmalaya. Ia menyebut bahwa selama ini masih ditemukan buku - buku yang tidak mengangkat karakter lokal secara spesifik.
“Harus bahan ajarnya ada di antaranya adalah buku muatan lokal. Makanya diseminasi standar mutu buku muatan lokal ini kita dukung,” ujarnya, sembari menyoroti tantangan dalam dunia penerbitan lokal.
Ferdiansyah juga mengingatkan bahwa prosentase alokasi anggaran untuk pembuatan dan pendistribusian buku muatan lokal perlu konkret dalam perencanaan anggaran daerah. Ia berharap momentum ini menjadi pemicu agar sekolah, dinas pendidikan, serta pihak penerbit dan penulis lokal dapat bekerja sama lebih intensif.
Dalam kesempatan yang sama, ia mengajak guru dan penulis untuk mengangkat “budaya Tasikmalaya sebenarnya”. Ia menyebut bahwa beberapa nilai atau tradisi lokal yang khas belum tertuang dalam materi pembelajaran.
Paparan ini mengindikasikan bahwa penguatan kurikulum muatan lokal tidak cukup berhenti pada wacana, tetapi perlu dukungan administratif, anggaran dan kontrol mutu secara berkelanjutan.












